Rabu, 08 Juni 2011

Menyambut Bulan Ramadhan Sejak Bulan Rajab


Hari demi hari kita lalui. Pekan demi pekan kita lewati. Bulan demi bulan pun berganti. Tidak terasa kita telah memasuki bulan Rajab. Itu artinya, tidak sampai dua bulan lagi kita akan berjumpa dengan tamu istimewa. Kita akan kedatangan bulan yang mulia...

Kamis, 14 April 2011

Intisari Kitab Latahzan

Inilah Intisari Kitab Latahzan :

  1. Yakinkan hati setiap ketentuan Allah adalah yang terbaik
  2. Anda lebih beruntung daripada yang lain
  3. Sholat obat mujarab mengusir kepedihan
  4. Bila Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan memberi cobaan pada mereka
  5. Masih ada yang selalu mengabulkan permintaan anda
  6. Berharaplah akan ridho Allah semata
  7. Iman adalah kehidupan yang sebenarnya
  8. Ingat selalu nikmat yang anda terima dan bersyukurlah
  9. Siapa saja yang menginginkn ketenangan maka berdzikirlah kepada Allah

Minggu, 16 Januari 2011

Aku Mencintaimu Karena Allah

Suatu ketika seseorang sahabat berada di sisi Nabi SAW lewatlah seorang di hadapannya. Ketika melihatnya ia berkata, “Wahai Rasulullah sesungguhnya aku mencintainya.” Nabi SAW bertanya kepadanya, “Apakah engkau telah memberitahukannya?” “Belum.” Jawabnya. Beliau bersabda, “Beritahukanlah.” Orang tersebut menyusulnya dan berkata, “Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.” Orang tersebut membalas dengan ungkapan, “Semoga Allah yang menjadikanmu mencintaiku juga mencintaimu sebagaimana engkau mencintaiku.” (HR. Abu Dawud, shahih)

Sungguh, kalimat tersebut menggetarkan jiwa dan menyejukkan hati. Betapa tidak,  ungkapan tersebut merupakan ekspresi iman yang tulus dan jujur. Bukan ucapan yang didasari keinginan duniawi. Bukan pula basa-basi yang diucapkan sebagai pemanis bibir.

Senin, 27 Desember 2010

Kematian Orang Beriman



Keyakinan orang beriman akan adanya kehidupan sesudah kematian menyebabkan dirinya selalu berada dalam mode standby menghadapi kematian. Ia memandang kematian sebagai suatu keniscayaan. Tidak seperti orang kafir yang selalu saja berusaha untuk menghindari kematian. Orang beriman sangat dipengaruhi oleh pesan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam yang bersabda:

Selasa, 23 November 2010

Hari Ini Milik Anda...

 Jika kamu berada di pagi hari, janganlah menunggu sore tiba. Hari inilah yang akan Anda jalani, bukan hari kemarin yang telah berlalu dengan segala kebaikan dan keburukannya, dan juga bukan esok hari yang belum tentu datang. Hari yang saat ini mataharinya menyinari Anda, dan siangnya menyapa Anda inilah hari Anda.

Umur Anda, mungkin tinggal hari ini. Maka, anggaplah masa hidup Anda hanya hari ini, atau seakan-akan Anda dllahirkan hari ini dan akan mati hari ini juga. Dengan begitu, hidup Anda tak akan tercabik-cabik diantara gumpalan keresahan, kesedihan dan duka masa lalu dengan bayangan masa depan yang penuh ketidakpastian dan acapkali menakutkan. Pada hari ini pula, sebaiknya Anda mencurahkan seluruh perhatian,
kepedulian dan kerja keras. Dan pada hari inilah, Anda harus bertekad mempersembahkan kualitas shalat yang paling khusyu', bacaan al-Qur'an yang sarat tadabbur, dzikir dengan sepenuh hati, keseimbangan dalam segala hal, keindahan dalam akhlak, kerelaan dengan semua yang Allah berikan, perhatian terhadap keadaan sekitar, perhatian terhadap kesehatan jiwa dan raga, serta perbuatan baik terhadap sesama.

Kamis, 18 November 2010

Yang Lalu Biar Berlalu


Mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa dan kegagalan didalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila. Itu, sama artinya dengan membunuh semangat, memupuskan tekad dan mengubur masa depan yang belum terjadi. Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tak pernah dilihat kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam 'ruang' penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam 'penjara' pengacuhan
selamanya. Atau, diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembus cahaya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihan tak akan mampu mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggup memperbaikinya kembali, kegundahan tidak akan mampu merubahnya menjadi terang, dan kegalauan tidak akan dapat menghidupkannya kembali, karena ia memang sudah tidak ada.  Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam. Selamatkan diri Anda dari bayangan masa lalu!
Apakah Anda ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke tempatnya terbit, seorok bayi ke perut ibunya, air susu ke payudara sang ibu, dan air mata ke dalam kelopak mata? Ingatlah, keterikatan Anda dengan masa lalu, keresahan Anda atas apa yang telah terjadi padanya, keterbakaran emosi jiwa Anda oleh api panasnya, dan kedekatan jiwa Anda pada pintunya, adalah kondisi yang sangat naif, ironis, memprihatinkan, dan sekaligus menakutkan.

Membaca kembali lembaran masa lalu hanya akan memupuskan masa depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga. Dalam al-Qur'an, setiap kali usai menerangkan kondisi suatu kaum dan apa saja yang telah mereka lakukan, Allah selalu mengatakan, "Itu adalah umat yang lalu." Begitulah, ketika suatu perkara habis, maka selesai pula urusannya. Dan tak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman dan memutar kembali roda sejarah. Orang yang berusaha kembali ke masa lalu, adalah tak ubahnya orang yang menumbuk tepung, atau orang yang menggergaji serbuk kayu.

Syahdan, nenek moyang kita dahulu selalu mengingatkan orang yang meratapi masa lalunya demikian: "Janganlah engkau mengeluarkan mayat-mayat itu dari kuburnya." Dan konon, kata orang yang mengerti bahasa binatang,sekawanan binatang sering bertanya kepada seekor keledai begini, "Mengapa engkau tidak menarik gerobak?" "Aku benci khayalan," jawab keledai.

Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan masa depan dan justru hanya disibukkan oleh masa lalu. Itu, sama halnya dengan kita mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi puing-puing yang telah lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia dan jin bersatu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya mereka tidak akan pernah mampu. Sebab, yang demikian itu sudah mustahil pada asalnya. Orang yang berpikiran jernih tidak akan pernah melibat dan sedikitpun menoleh ke belakang. Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air akan mengalir ke depan, setiap kafilah akan berjalan ke depan, dan segala sesuatu bergerak maju ke depan. Maka itu, janganlah pernah melawan sunah kehidupan!

Rabu, 17 November 2010

Berhenti Sejenak

Segala puji hanya bagi-Mu ya Allah, Engkau Maha membolak-balikkan hati hamba-hamba-Mu, kokohkan hati kami agar tetap dalam dien-Mu.

Cobalah berhenti sejenak, dari setumpuk aktivitas kita, dari sekian banyak pekerjaan kita, dari kepenatan pikiran kita, dari kesibukan yang terus memadat, seakan tiada henti.

Cobalah berhenti sejenak, sejenak saja. Cobalah sejenak untuk melupakan segala permasalahan yang tengah mendera. Lupakan sejenak. Lepaskan diri dari beban kepenatan itu.

Renungkan kembali hari-hari yang kita lalui. Renungkan. Rekam kembali apa yang telah kita lakukan selama ini. Rekamlah, lalu renungkan.apa yang kita cari sebenarnya dalam hidup ini? Apa yang kita kejar? apa yang kita buru? apa yang telah membuat kita puas? Apa yang telah membuat kita bahagia?

Mungkin di antara kita ada yang telah berhasil menggenggam dunia ini dengan kemegahan, kebanggaan, kepuasan, kenikmatan. Mungkin juga ada di antara kita yang masih harus bersusah payah untuk mendapatkannya. Terserahlah, siapa pun kita, apapun yang kita sandang hakikatnya adalah sama.

Segala yang kita miliki, yang kita sandang, tak lebih dari atribut kehidupan, itu semua sekedar ujian. Seberapa kita telah memanfaatkannya, menyalurkannya, mengaryakannya dan mendedikasikannya untuk panggung kehidupan duniawi ini.

Sungguh beruntung orang-orang yang hatinya selalu diiringi niat yang lurus. Merekalah orang-orang kaya yang tak pernah terlihat tumpukan hartanya, sederhana hidupnya, karena kekayaannya didedikasikan di jalan Allah dalam bentuk karya, yakni tertegaknya kebenaran dan kesejahteraan sesama.

Merekalah orang-orang miskin tapi tidak pernah miskin karena ikhtiarnya untuk lurus dan jujur tak pernah luntur, tetap berusaha dengan niat tulus, tidak luntur oleh gegap gempitanya keramaian zaman yang kian tidak karuan dan kezhaliman yang merajalela.

Niatan hati adalah penyuci kerja, kerja bukan lagi sekedar kesibukan, pelepas kewajiban pencarian nafkah ataupun perburuan materi, tetapi naik tingkatnya menjadi ibadah, pengabdian, keluhuran dan kemulyaan.

Niatlah motivator awal ketaatan ataupun pelanggaran terhadap rambu-rambu jalan hidup dan kehidupan yang mengarahkan kita pada apa yang hendak dicapai.

Mari kita mulai dengan kembali menata niat, agar eksistensi kita, kesalehan kita, di manapun dan kapan pun, dapat berdaya guna bagi kemaslahatan dan peradaban ummat, bagi pembangunan akhlak,…bagi seluruh aspek hidup dan kehidupan di hamparan alam fana ini dalam kontek rahmatan lil ‘alamin.

(Ibnu Jarir, Lc)

PIKIRKAN DAN SYUKURILAH!

Coba pikirkan, betapa besarnya fungsi pendengaran, yang dengannya Allah menjauhkan Anda dari ketulian. Coba renungkan dan raba kembali mata Anda yang tidak buta. Ingatlah dengan kulit Anda yang terbebas dari penyakit lepra dan supak. Dan renungkan betapa dahsyatnya fungsi otak Anda yang selalu sehat dan terhindar dari kegilaan yang menghinakan.Adakah Anda ingin menukar mata Anda dengan emas sebesar gunung Uhud, atau menjual pendengaran Anda seharga perak satu bukit? Apakah Anda mau membeli istana-istana yang menjulang tinggi dengan lidah Anda, hingga Anda bisu? Maukah Anda menukar kedua tangan Anda dengan untaian mutiara, sementara tangan Anda buntung? Begitulah, sebenarnya Anda berada dalam kenikmatan tiada tara dan kesempumaan tubuh, tetapi Anda tidak menyadarinya. Anda tetap merasaresah, suntuk, sedih, dan gelisash, meskipun Anda masih mempunyai nasi hangat untuk disantap, air segar untuk diteguk, waktu yang tenang untuk tidur pulas, dan kesehatan untuk terus berbuat.Anda acapkali memikirkan sesuatu yang tidak ada, sehingga Anda pun lupa mensyukuri yang sudah ada. Jiwa Anda mudah terguncang hanya karena kerugian materi yang mendera. Padahal, sesungguhnya Anda masih memegang kunci kebahagiaan, memiliki jembatan pengantar kebahagian, karunia, kenikmatan, dan lain sebagainya. Maka pikirkan semua itu, dan kemudian syukurilah!
{Dan, pada dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan.}(QS. Adz-Dzariyat: 21)
Pikirkan dan renungkan apa yang ada pada diri, keluarga, rumah, pekerjaan, kesehatan, dan apa saja yang tersedia di sekeliling Anda. Dan janganlah termasuk golongan {Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya.}(QS. An-Nahl: 83)

Dr. 'Aidh al-Qorni